Jumat, Februari 22, 2008

Menghadapi Cobaan Hidup

Seorang lelaki muda menunduk menatap bayangan tubuhnya di bawah sinar mentari yang terik. Lelaki itu sedang mengalami cobaan beruntun, usahanya bangkrut dan ia terlilit hutang yang cukup besar. Untuk membayar hutangnya, ia menjual semua yang dimiliki, rumah, mobil, dan benda berharga yang dimilikinya. Sementara untuk tempat tinggal diri dan keluarganya, lelaki itu mengontrak sebuah rumah kecil dan sederhana.

Namun belakangan, istrinya pun pergi meninggalkannya. Ia memutuskan pulang ke rumah orang tuanya. Istrinya tidak kuat menjalani kehidupan secara prihatin dan serba kekurangan. Anak semata wayangnya pun dibawa serta oleh istrinya. Kini tinggallah lelaki itu sendirian menjalani kehidupannya yang pahit getir.

Tiba-tiba lelaki itu terisak, menangis, dan menjerit ketika teringat serentetan cobaan yang dialaminya. Langkah kakinya membawa tubuhnya tak tentu arah, hingga ia sampai ke sebuah gubuk dan singgah di sana. Di dalam gubuk itu ada seorang kakek tua yang sedang menempa sebatang besi. Merasa kedatangan tamu, si kakek menunda pekerjaannya dan mempersilakan si pemuda untuk masuk.

Si pemuda masuk dengan enggan. Di dalam gubuk itu si pemuda hanya diam. “Ada masalah apa anak muda? Kakek perhatikan dari tadi kamu hanya diam”, selidik si kakek.

“Saya sedang mendapat berbagai macam cobaan yang berat, kek”, terang pemuda itu. Si pemuda pun menceritakan cobaan demi cobaan yang dialaminya. Kemudian si kakek mengajak pemuda itu ke tungku api tempat dia menempa sebatang besi yang tadi ditinggalkan.

“Anak muda, untuk menjadi sebilah keris yang tajam dan elok, besi ini harus rela mengalami berbagai macam cobaan yang sangat berat. Ia harus rela dibakar menahan panasnya api hingga seluruh batang besi ini memerah. Kemudian besi juga harus menahan sakitnya dipukul dengan palu bertubi-tubi. Besi harus mengalami pembakaran dan pemukulan secara berulang-ulang. Hingga akhirnya, setelah melalui serangkaian penempaan itu, besi tersebut berubah menjadi sebilah keris yang tajam dan elok”, papar si kakek.

“Kamu mengerti maksud kakek?” tegasnya lagi.
“Ya, saya mengerti maksud kakek! Saya tidak akan pernah lari dari cobaan dan berputus asa. Saya akan menghadapi setiap cobaan yang datang dalam kehidupan saya dengan sikap terbaik. Karena itu semua merupakan proses penempaan diri saya agar semakin berkualitas, sama halnya dengan besi ini yang harus melalui serangkain penempaan barulah ia menjadi sebilah keris yang tajam dan elok”, terang pemuda itu.

***

Suatu keniscayaan jika dalam menjalani kehidupan di dunia kita menemui berbagai masalah, menghadapi bermacam cobaan, dan harus melewati berbagai tantangan dan hambatan. Jalan kehidupan tidak selamanya lurus dan rata. Ada kalanya kita harus melangkah menyusuri jalan kehidupan yang penuh dengan onak dan duri. Ada saatnya kita harus menapaki jalan kehidupan yang berliku, terjal, dan mendaki. Semua itu merupakan sunnatullah. Cobaan itu merupakan ujian keimanan kita kepada-Nya. Kita harus menyadari bahwa setiap cobaan yang kita alami, itu menandakan Allah sayang kepada kita. Allah menghendaki kebaikan bagi diri kita, karena itu Dia menguji kita dengan memberikan berbagai macam cobaan.

Jika kita menghadapi suatu cobaan atau kesulitan, ambillah sikap mental positif, katakanlah pada diri sendiri “bagus”. Ketika kita mengambil sikap mental positif, maka alam bawah sadar kita akan terus bekerja menganalisis inti masalahnya, menguraikan bagian yang kusut, dan mencari jalan keluarnya.

Tanamkan dalam hati kita tekad yang kuat bahwa kita bisa mengatasi cobaan dan kesulitan ini. Bahkan bila perlu ucapkan berkali-kali. Hal ini sangat penting sekali, karena keberhasilan seseorang diawali dari sikap mentalnya, positif atau negatif. Bukankah kita pernah mendengar sebuah ungkapan “You are what you think you are (Kamu adalah apa yang kamu pikirkan tentang dirimu).

Jika kita berfikir dan yakin bahwa kita bisa mengatasi kesulitan ini, maka insya Allah kita akan benar-benar bisa mengatasinya. Tetapi sebaliknya, jika kita memiliki sikap mental negatif, berputus asa, pasrah, merasa tidak akan mampu keluar dari kesulitan, maka kita akan benar-benar tetap berada dalam kesulitan. Kenapa? Karena sikap mental demikian tidak akan melahirkan tekad yang kuat untuk mengatasi kesulitan. Tidak akan menghasilkan tindakan apa-apa. Pasif.

Karena itu, selama tekad kita untuk mengatasi setiap cobaan tertanam kuat, jangan pernah khawatir dan takut dengan cobaan, apalagi lari dari cobaan. Bukankah dengan semakin sering kita menghadapi cobaan dan mampu menyelesaikannya dengan baik, itu artinya kita akan semakin “besar” dan bijak.

Kita harus memahami bahwa kehidupan ibarat sebuah sekolah. Di sekolah kita biasa diberikan PR (pekerjaan rumah) oleh Bapak atau Ibu guru. Demikian pula dalam kehidupan. Kehidupan banyak menyimpan berbagai PR. Setiap cobaan, rintangan, dan tantangan yang kita hadapi itu merupakan sebuah PR bagi kita yang harus disikapi dan diselesaikan dengan baik.

Sebagaimana dalam sekolah ada ujian kenaikan kelas, begitu juga dalam sekolah kehidupan. Ketika ada cobaan, rintangan, dan tantangan yang jauh lebih berat dari biasanya datang menghampiri kehidupan kita, itu artinya akan ada kenaikan kelas. Implikasinya hanya dua; naik kelas atau tinggal kelas. Kitalah yang menentukan.

Apakah kita akan membulatkan tekad untuk menghadapi dan menyelesaikan cobaan, rintangan, dan tantangan tersebut dengan baik, dan itu artinya kita berpeluang untuk naik kelas dalam kehidupan. Ataukah kita larut dalam kesedihan dan menyeret diri kita lari dari cobaan, rintangan, dan tantangan tersebut, dan itu artinya kita tidak akan pernah naik kelas dalam kehidupan.

Setiap kali Allah akan mengangkat derajat seorang hamba, niscaya Dia akan mengujinya terlebih dahulu. Apakah ia ridha dan bersabar atas ujian itu, dan itu artinya ia berpeluang naik derajat. Ataukah tidak ridha dan mengeluh atas ujian itu, dan itu artinya derajatnya di sisi Allah tidak akan pernah naik.

Ingat kisah Nabi Ayyub a.s.? Kurang takwa bagaimana Nabi Ayyub a.s.? Kurang shalih bagaimana Nabi Ayyub a.s.? Tapi toh beliau tetap diuji juga oleh Allah, bahkan dengan cobaan yang sangat berat. Semua harta kekayaannya ludes, anak-anaknya meninggal dunia, tubuhnya digerogoti penyakit hingga hanya menyisakan kulit membungkus tulang. Tapi ternyata Nabi Ayyub a.s. tetap taat kepada Allah, kualitas dan kuantitas ibadahnya tidak berkurang sedikitpun. Kesabarannya sangat luar biasa!

Ada kebaikan dan ladang amal shalih dalam setiap cobaan. Bukankah Rasulullah saw. mengajarkan kepada kita agar setiap cobaan yang datang harus dipandang hanya dalam dua segi; pertama, boleh jadi dengan cobaan itu Allah hendak mengikis dosa-dosa kita. Kedua, boleh jadi dengan cobaan itu Allah hendak mengangkat derajat kita. Bukankah ini merupakan kebaikan bagi kita. Tinggal bagaimana kita memetik hikmah dibalik setiap cobaan. Maka, bersabarlah atas setiap cobaan yang datang.

Orang yang memiliki kekuatan iman, salah satu ciri khasnya adalah tangguh dalam menghadapi cobaan hidup. Seorang nakhoda yang tangguh akan terlihat kemampuannya ketika kapalnya terombang-ambing oleh badai gelombang yang dahsyat. Demikianlah setiap cobaan dalam hidup yang disikapi dengan baik akan membuat kita menjadi lebih baik lagi. Semakin berat cobaan, semakin luar biasa pula ganjaran yang akan diterima.

Kita harus menyadari bahwa cobaan adalah episode yang harus dijalani. Maka kita harus berani menghadapinya, tidak ada kamus mundur atau menghindar. Kita juga harus yakin bahwa setiap cobaan pasti sudah diukur oleh Allah, sehingga takarannya pasti sesuai dengan kapasitas kita.

Setiap cobaan pasti ada akhirnya. Hujan deras yang diselingi halilintar yang dahsyat pasti akan reda. Setelah kesulitan pasti ada kemudahan. Habis gelap pasti terbit terang. Bukankah pekatnya malam pertanda akan datangnya siang?

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah Mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia Mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut: 2 – 3).

3 komentar:

  1. bagus........menumbuhkan motivasi....kebetulan lg down sekarang..makasih tulisannya

    BalasHapus
  2. makasi banget........kalo kita akan dinaikkan derajat kita pasti diuji..berat memang,tapi yakinlah ALLAH bersama kita..Amin

    BalasHapus
  3. Ampuni dosa Hamba Ya Allah..
    Kuatkan diri hamba,hati hamba dari segala Cobaan yang telah kau berikan..
    Ku Ikhlas bila memang inilah jalan Takdirku..

    BalasHapus

Silakan Berikan Komentar di Sini!